FISIKA MAN NGRAHO

Alamat : Jalan Raya Tinggang no. 157A Ngraho Bojonegoro telephon 0353 - 591216 Fax 0353 - 591216

MODEL PEMBELAJARAN

Pembelajaran Kooperatif Model Dua Tinggal Dua Tamu atau Two Stay Two Stray (TSTS).
               Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan Ilmu Pengetahuan Alam (sains) dapat berkembang dengan pesat. Perkembangan sains yang begitu pesat menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep sains yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan sains, kreativitas dan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang harus ditingkatkan.
Guru dituntut untuk menguasai kompetensi dasar. Hal ini lebih mengarah kepada bagaimana peran guru dalam proses pembalajaran. Fenomena ini menunjukkan bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar, kondisi siswa dan cara melakukan pembelajaran yang efektif dan bermakna. Jadi, guru yang menguasai kompetensi dasar akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Peters (dalam Mulyasa 2004) mengemukakan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik bergantung pada kompetensi guru dan ketrampilan mengajarnya. Pendapat diperkuat oleh Tabu (dalam Mulyasa 2004) yang mengatakan bahwa keefektifan pembelajaran dipengaruhi karakteristik guru dan peserta didik, bahan pelajaran, serta aspek-aspek lain yang berkenaan dengan situasi pembelajaran.
Adanya perubahan kurikulum yaitu dari kurikulum berbasis materi menjadi kurikulum berbasis kompetensi, secara otomatis system pembelajaran dan metode pembelajaran mengalami perubahan. Semula guru hanya menekankan pada tuntasnya suatu materi dan konsep atau pokok bahasan dan melupakan output. Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada output dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
Pemiliham metode pembalajaran sangat menentukan kualitas pengajaran dalam proses belajar mengajar. Menurut Supriyadi (1995:56), untuk mencapai tujuan pengajaran diperlukan penggunaan metode pembelajaran yang optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi, setiap mata pelajaran khususnya fisika harus diorganisasikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan metode yang tepat pula. Metode pembelajaran yang membuat siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun sosial tanpa ada pembedaan kemauan antar siswa dan menanggapi berbagai permasalahan hendaknya terus dikembangkan dan diarahkan oleh guru dengan sedemikian rupa, sehingga siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal.


Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu  (dalam Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut.
a.  Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

 Sehingga bisa di jabarkan sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1.      Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, meyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam satu kelas kedalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Setelah itu, siswa diberi pra tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
2.      Presentasi Guru
Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3.      Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4.   Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

Menurut Van der Kley (dalam Sunaryanto, 1998:165) ada beberapa cara menilai hasil belajar siswa dalam belajar kooperatif yaitu:
a.          Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok.
b.      Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif berakhir.
c.          Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk menjelaskan pemecahan materi tugas.
d.      Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata kelompok.



Metode Pembelajaran

Berikut ini beberapa metode yang bisa dipakai temen2 dalam pembelajaran di kelas, apalagi bila kita seorang guru fisika, maka perlu inovasi dalam pembelajaran agar siswa tidak bosan dengan fisika.





Gunakan tips berikut ini:

Kesan pertama itu menentukan….

Teman-teman di jurusan psikologi mengatakan kesan pertama itu menentukan… seseorang langsung menyukai kita atau bisa membenci kita pada detik pertama pada pandangan pertama…. Kalau kita tersenyum, kemungkinan besar orang tersebut tersenyum kepada kita, tapi kalau kita tampak cuek bebek dan menatap penuh kebencian, bisa dipastikan orang tersebut langsung mempunyai kesan yang negative dengan kita… ilmu ini bisa kita terapkan dalam pembelajaran fisika. Alangkah baiknya jika kita mengawali pembelajaran fisika, baik secara langsung (di kelas) maupun secara tidak langsung (melalui tulisan) dengan hal-hal yang menyenangkan… jangan belum apa-apa sudah dikasih rumus, latihan soal… siswa bisa langsung lemas tak berdaya… wah, rumus lagi, rumus lagi… CaPeDe… he2… mungkin mereka tampak serius mendengarkan kita, tapi dalam hati mereka mungkin jengkel dan bete… ih, sebel banget deh sama gurunya… gak ngerti banget sama perasaan muridnya. Hiks2…

Pancing rasa penasaran dan ingin tahu…

Pada dasarnya manusia punya rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang tinggi… apalagi anak-anak dan remaja… rasa penasaran dan ingin tahu ini bisa bersifat positif atau negative. He2… tau aja… Nah, alangkah baiknya jika kita manfaatkan habis-habisan salah satu kelemahan dan kekuatan manusia ini dalam pembelajaran fisika. Kalau pembelajaran dilakukan secara langsung (di kelas), sebaiknya diawali dengan ilmu fisika yang dekat dengan kehidupan kita. Karenanya bangkitkan saja rasa ingin tahu siswa dengan mempertanyakan fenomena alam atau penerapan teknologi yang punya kaitan dengan materi yang dipelajari… bikin siswa penasaran di situ…

Masuk kandang kambing mengembik,
masuk kandang singa jangan berkokok…


Bagian ini sebenarnya berkaitan dengan bahasa kita gunakan. Bagi teman-teman guru yang masih bocah, tidak ada salahnya jika kita gunakan bahasa gaulnya para siswa… perbedaan usia belum terlalu jauh sehingga bisa terapkan teknik ini… nanti bisa diberi gelar guru gaul abiz oleh para siswa… he2… btw, tergantung juga kharakter seseorang. Kalau kocak seperti gurumuda, ya tidak menjadi masalah jika berbicara dengan siswa dengan bahasanya mereka, bahasa para remaja…

Gunakan bahasa yang sederhana…(bahasa gaul)

Tujuan utama dari sebuah komunikasi adalah pembicara dan lawan bicara memahami apa yang dibicarakan. Gunakan bahasa yang sederhana dalam setiap pembelajaran, jangan gunakan bahasa yang “tinggi”… implementasi, analogi, eksistensi dkk sebaiknya ditiadakan… serahkan saja urusan bahasa kepada guru bahasa Indonesia. Tujuan kita di kelas adalah siswa paham materi fisika yang dipelajari… Tidak ada salahnya jika kita gunakan bahasa yang “tinggi” tapi sebaiknya diartikan juga, biar siswa paham… ingat bahwa kita sedang berhadapan dengan siswa SMA yang masih remaja, bukan seorang professor…

Penurunan rumus harus terperinci…

Tahapan penurunan rumus harus dipaparkan secara jelas… setelah A, lanjut ke B.. setelah B lanjut ke C. setelah C, lanjut ke D… dan seterusnya… Jangan setelah C langsung ke F… kalau siswa yang daya tangkapnya cepat bisa langsung paham, tapi siswa yang daya tangkapnya tidak terlalu cepat bisa macet di sini.

Tidak ada bayi yang baru lahir langsung lari…

Cuma bayi sapi aja yang lahir langsung lari,biasanya bayi yang baru lahir cuma bisa tidur pasrah… makan disuapin, minum apalagi… setelah puas tidur, bayi biasanya duduk… setelah duduk, bayi merangkak, lalu berdiri. Setelah bisa berdiri, bayi mulai jalan-jalan. Tahap yang terakhir adalah lari… ini adalah proses alamiah dilewati manusia, mulai yang mudah dulu baru sulit… Kalau bayi baru bisa duduk, kemudian dipaksa lari, ntar bayinya bisa stress… ih, ibu, bikin sebel saja. Malas jalan ah… khan repot, sudah cape2, bayinya lumpuh…

Proses alamiah ini sebaiknya kita gunakan juga dalam pembelajaran fisika di kelas… berikan contoh soal yang mudah dulu, baru soal yang sulit… jangan belum apa-apa sudah dikasih soal yang sulit. Ini sama saja kita memaksa siswa untuk “lari”… siswa pasti bête abiz… syukur kalau siswa tidak membenci fisika hanya karena kelalaian ini. Seperti bayi tadi, siswa juga perlu melewati proses alamiah itu… berikanlah soal yang mudah dulu… setelah terbiasa dengan soal yang mudah, baru dilanjutkan ke soal yang sulit.. jadi pertahap. Gunakan angka-angka yang mudah, seperti 1, 2, 4. Ganti g = 9,8 m/s2 dengan g = 10 m/s2… para perancang game juga tahu hal ini. Kalau kita maen game, biasanya mulai dari level 1, setelah itu level 2, level 3 dan seterusnya…